Showing posts with label Ndruru. Show all posts
Showing posts with label Ndruru. Show all posts

Friday, June 27, 2014

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 2
“KARAKTERISTIK BEBERAPA ELEMEN LISTRIK”



Disusun oleh :
1.      Aini Yunanda                (062113032)
2.      Yuspiter Ndruru             (062113034)


KELOMPOK KELAS A
TANGGAL PRAKTIKUM
7 JUNI 2014
ASISTEN PRAKTIKUM
1.      Dra. Tri Rahma, M.Si.
2.      Rissa Ratimanjari, S.Si.

 




LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR

2014



KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Allah SWT. Yang sudah memeberikan rahmat dan karunia- NYA, kita masih diberikan banyak nikmat terutama nikmat iman dan islam serta nikmat sehat hingga kini kita rasakan sehingga kita masih bisa beraktivitas seperti biasa. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada uswatun hasanah kita yakni Nabi Muhammmad SAW. Beserta keluaraga , sahabat dan kita selaku umatnya hingga yaumil Qiyamah. Laporan ini membahas tentang Karakteristik Beberapa Elemen Listrik .
            Terima kasih kami ucapkan kepada ibu Dra. Tri Rahma, M.Si. dan ibu Risa Ratimanjari, S.Si. selaku asisten dosen mata kuliah Fisika yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Mudah – mudahan ilmu yang bapak berikan kepada kami khususnya dan umumnya kepada kami semua bermanfaat.
           
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
            Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kami. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

                                                                                  Bogor, 7 Juni 2014


                                                                                                                 
                                                                                                Penyusun                    





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Tujuan umum ………………………………………………………. 1
1.2  Tujuan khusus ……………………………………………………… 1
1.3  Dasar Teori …………………………………………………….…… 1
BAB II ALAT DAN BAHAN
2.1  Alat dan Bahan……………………………………………………… 7
BAB III METODE PERCOBAAN...…. …………………….……..………. 8
BAB IV DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1  Data Pengamatan …………………….…………………………….. 9
4.2  Perhitungan ………………………………………….……...……… 11
BAB V PEMBAHASAN ………………………………….………………. 17
BAB VI SIMPULAN ……………………………………………………… 20
DAFTAR PUSTAKA
 TUGAS AKHIR




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Tujuan umum ………………………………………………………. 1
1.2  Tujuan khusus ……………………………………………………… 1
1.3  Dasar Teori …………………………………………………….…… 1
BAB II ALAT DAN BAHAN
2.1  Alat dan Bahan……………………………………………………… 7
BAB III METODE PERCOBAAN...…. …………………….……..………. 8
BAB IV DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1  Data Pengamatan …………………….…………………………….. 9
4.2  Perhitungan ………………………………………….……...……… 11
BAB V PEMBAHASAN ………………………………….………………. 17
BAB VI SIMPULAN ……………………………………………………… 20
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Tujuan Umum
1.      Mengenal karakteristik beberapa elemen listrik : lampu wolfram, hambatan gulung, hambatan karbon dan paralel.
2.      Mengenal hubungan seri dan paralel.

1.2  Tujuan Khusus
1.      Mengamati karakteristik beberapa elemen listrik.
2.      Mengamati adanya percobaan hasil pengamatan bila digunakan voltmeter di depan amperemeter atau di belakang amperemeter.
3.      Membuat koreksi-koreksi terhadap hambatan dalam alat ukur listrik.
4.      Membandingkan hasil ramalan dan hasil pengamatan, untuk karakteristik dua elemen listrik yang dihubungkan secara seri atau pararel.
5.      Melihat kenyataan bahwa hukum ohm hanya berlaku pada elemen listrik yang linear (hukum hanya berlaku pada keadaan khusus tidak berlaku umum untuk semua elemen).

1.3  Dasar Teori
                  Salah satu sifat atau karakteristik dari sebuah muatan listrik adalah muatan tersebut dapat bergerak dengan mudah dari satu daerah ke daerah lain dalam medium tertentu. Beberapa bahan yang ada di dunia ini memungkinkan muatan listrik bergerak dengan mudah dalambahan tersebut. Misalkan sebuah kawat tembaga yang ditopang oleh sebuah batang gelas. Misalkan Anda menyentuhkan satu ujung kawat itu dengan sebuah batang plastic yang bermuatan dan mengikatkan ujung yang lainnya pada sebuah bola logam yang pada mulanya tidak bermuatan; kemudian anda memindahkan batang bermuatan itu dan kawat tersebut. JikaAnda membawa sebuah benda bermuatan lainnya ke dekat bola tersebut maka bola itu akan ditarik atau ditolak. Hal tersebut memperlihatkan bahwa bola tersebut mendapat muatan listrik yang terjadi akibat perpindahan muatan listrik tersebut sehingga bola tersebut menjadi bermuatan.
                  Kawat itu dinamakan konduktor listrik. Jadi, konduktor adalah bahan yang dapat menghantarkan muatan listrik dengan baik. Nah, jika Anda mengulangi eksperimen tersebutdan anda menggunakan sebuah pita karet sebagai pengganti kawat tersebut, Anda mendapatkan bahwa tidak ada muatan yang berpindah ke pita karet tersebut. Bahan-bahan yang serupa dengan pita karet itu dinamakan dengan Isolator.Sebagian besar logam adalah konduktor yang baik, sedangkan sebagian besar bahan non-logam adalah isolator. Di dalam logam padat seperti tembaga, satu atau lebih elektron sebelah luar dalam setiap atom menjadi tidak terikat dan dapat bergerak secara bebas di seluruh bahanitu. Gerak elektron bermuatan positif dan inti-inti yang bermuatan positif itu sendiri terikat dalam kedudukan yang hampir tetap di dalam bahan tersebut. Dalam isolator tidak ada, atau sangat sedikit, elektron bebas, dan muatan listrik tidak dapat bergerak secara bebas melaluibahan tersebut. Nah, bahan semikonduktor adalah bahan yang memiliki sifat-sifat di antara sifat konduktor baik dan sifat isolator baik.
                                Arus (I) listrik terdapat dalam suatu area ketika muatan listrik total dipindahkan dari satu titik ke titik lain dalam area tersebut, misalnya muatan bergerak melewati sebuah kawat. Jika suatu muatan Q dipindahkan melewati suatu luas penampang kawat yang diketahui dalam suatu waktu (t) maka arus yang melewati kawat tersebut adalah I=   , Disini Q dalam coloumb, t dalam detik dan I dalam ampere (1A = 1 C/det). Sesuai dengan arah arus sama dengan arah aliran positif jadi aliran elektron kekanan bersesuaian dengan arah arus ke kiri. Hambatan (R) sebuah kawat atau benda lain adalah beda potensial (V) yang harus terpasang dalam antara benda tersebut sehingga arus sebesar satu ampere dapat mengalir melewatinya R= .
                        Suatu hambatan adalah Ohm, dimana symbol Ω digunakan 1Ω = 1 V/A. Hukum Ohm pada mulanya terdiri dari dua bagian. Bagian pertamanya hanya merumuskan persamaan hambatan V = I.R. kita sering kali merujuk pada persamaan ini sebagai hukum Ohm, akan tetapi Ohm juga menyatakan bahwa R adalah sebuah kostanta yang indipenden terhadap V dan I. Hubungan V = I.R dapat diterapkan pada resistor apapun dimana V adalah bedapotensial (p.d) antara kedua ujung resistor tersebut. I adalah arus yang melewati resistor itu dan R adalah hambatan resistor pada kondisi-kondisi tertentu.
                        Pengukuran hambatan dengan menggunakan amperemeter dan voltmeter. Rangkaian seri terdiri dari hambatan yang akan diukur. Sebuah amperemeter dan digunakan sebuah baterai. Arusnya diukur oleh amperemeter (hambatan rendah). Beda potensial diukur dihubungkan terminal-terminal sebuah voltmeter (hambatan tinggi) dengan hambatanya yaitu secara paralel dengannya. Hambatannya dihitung dengan membagi pembacaan voltmeter dengan pembacaan amperemeter menurut hukum ohm, R= .
                        Beda potensial terminal ( tegangan jepit, voltase) dari sebuah baterai atau generator ketika menghasilkan arus I berkaitan dengan gaya listrik dan hambatan dalam R sebagai berikut :
1.      Ketika mengalirkan arus
            Tegangan terminal = (ggl)-( penurunan teganggan pada hambatan dalam) V= ε - I r.
2.      Ketika menerima arus
            Tegangan terminal = (ggl)- (penurunan tegangan pada hambatan dalam).
3.      Ketika tidak ada arus
            Tegangan arus terminal = ggl baterai atau generator hambatan jenis.
      Hambatan R dari sebuah kawat dengan panjang L dan luas penampang A adalah R= ρ
      Dimana ρ adalah konstanta yang disebut hambatan jenis (resistivitasi). Hambatan jenis adalah karakteristik bahan kawat. Untuk L dalam m, dalam m2 dan R pada temperature R dalam Ω. Satuan ρ adalah Ω.m.
                        Hambatan bervariasi dengan temperatur : jika sebuah kawat memiliki hambatanRo pada temperature bahan kawat. Untuk L, maka hambatan R pada temperatur Tadalah
      R = Ro + α Ro (T-To).
      Dimana α adalah koefisien temperature hambatan dari bahan kawat biasanya α bervariasi dengan temperatur sehingga hubungan ini berlaku hanya pada rentang temperature yang kecil. Satuan α adalah K-1 atau 0C-1. Hubungan yang sama berlaku untuk variasi hambatan jenis dengan temperature. Jika ρo dan ρ masing-masing adalah hambatan jenis pada To dan T1, Maka,  ρ = ρ + α ρ ( T – T0)
1.   Sumber Tegangan (Voltage Source)
                   Sumber tegangan ideal adalah suatu sumber yang menghasilkan tegangan yang tetap, tidak tergantung pada arus yang mengalir pada sumber tersebut, meskipun tegangan tersebut merupakan fungsi dari t. Sifat lain : Mempunyai nilai resistansi dalam Rd = 0 (sumber tegangan ideal)
a.   Sumber Tegangan Bebas/ Independent Voltage Source
 Sumber yang menghasilkan  tegangan  tetap tetapi mempunyai  sifat khusus yaitu  harga  tegangannya  tidak  bergantung  pada  harga  tegangan  atau  arus lainnya,   artinya nilai tersebut berasal dari sumbet tegangan dia sendiri dengan simbol :
b.   Sumber Tegangan Tidak Bebas/ Dependent Voltage Source
Mempunyai   sifat  khusus  yaitu  harga  tegangan  bergantung  pada  harga tegangan    atau arus lainnya dengan simbol :
2.   Sumber Arus (Current Source)
Sumber  arus  ideal  adalah  sumber  yang  menghasilkan  arus  yang  tetap,  tidak bergantung pada tegangan dari sumber arus tersebut. Sifat lain : Mempunyai nilai resistansi dalam Rd = ∞ (sumber arus ideal)
a.   Sumber Arus Bebas/ Independent Current Source
Mempunyai  sifat  khusus  yaitu  harga  arus  tidak  bergantung  pada  harga tegangan    atau arus lainnya dengan simbol :

b.   Sumber Arus Tidak Bebas/ Dependent Current Source
Mempunyai sifat khusus yaitu harga arus bergantung pada harga tegangan atau arus      lainnya dengan simbol :

c.         Dioda dan Macam-macam Dioda 
                    Dioda atau diode adalah komponen aktif yang memiliki dua kutub dan                              bersifat semikonduktor. Dioda juga bisa dialiri arus listrik ke satu arah dan                                  menghambat arus dari arah sebaliknya. Dioda sebenarnya tidak memiliki karakter                              yang sempurna, melainkan memiliki karakter yang berhubungan dengan arus dan                                 tegangan komplek yang tidak linier dan seringkali tergantung pada teknologi yang                         digunakan serta parameter penggunaannya.
                                            Gambar Tentang Pengertian Dioda
*      Dioda Termionik, adalah piranti katub yang merupakan susunan elektroda di dalam sampul gelas. Bentuk pertama kali dari dioda termionik hampir sama dengan bola lampu pijar. Di dalam katub dioda termionik, arus listrik yang melalui filamen pemanas secara tidak langsung memanaskan katoda. Elektroda internal lainnya dilapisi dengan campuran barium dan strontium oksida yang merupakan oksida dari logam alkali tanah. Dari kegiatan tersebut menghasilkan pancaran termionik elektron ke ruang hampa. Walaupun demikian, elektron tidak dapat di pancarkan dengan mudah ke permukaan anoda yang tidak terpanasi ketika polaritas tegangan di balik.
*      Dioda Semikondutor, sebagian besar terdapat pada teknologi pertemuan P-N semikonduktor. Dioda P-N terdapat arus yang mengalir dari sisi Tipe-P (anoda) menuju sisi Tipe-N (katoda), akan tetapi tidak dapat mengalir ke arah sebaliknya. Dioda semikonduktor memiliki tipe lain yaitu dioda schottky yang di bentuk dari pertemuan antara logam dan semikonduktor sebagai ganti dari pertemuan P-N konvensional.
            Diode bisa berlaku sebagai sebuah saklar tertutup (apabila bagian anode mendapatkan tegangan positif sedangkan katodenya mendapatkan tegangan negatif) dan sebaliknya berlaku sebagi saklar terbuka (apabila bagian anode mendapatkan tegangan negatif sedangkan katode mendapatkan tegangan positif). Kondisi yang demikian terjadi hanya pada diode ideal-konseptual.
       Sedangkan pada diode faktual (riil), perlu tegangan lebih besar dari 0,7V (untuk diode yang terbuat dari bahan silikon) pada anode terhadap katode agar diode dapat menghantarkan arus listrik. Tegangan sebesar 0,7V ini disebut sebagai tegangan halang (barrier voltage). Diode yang terbuat dari bahan Germanium memiliki tegangan halang kira-kira 0,3V.

Susunan dan Simbol Dioda
            Contoh Pemasangan Dioda Pada Rangkaian elektronika : 
Dioda pada Rangkaian Elektronika




 BAB II
ALAT DAN BAHAN

2.1  Alat dan Bahan
-         Sumber arus searah
-         DC amperemeter
-         DC multi voltmeter
-         Kabel – kabel penghubung
-         Beberapa elemen listrik, hambat gulung, hambat karbon, NTC, diode dan sebagainya.











BAB III
METODE PERCOBAAN

1.      Disusun rangkaian seperti gambar 4-1 untuk lampu Honda (metode I)
2.      Diamati harga arus untuk beberapa harga beda potensial rendah sampai potensial tinggi dan sebaliknya diamati pula harga arus bila lampu tersebut diberi beda potensial negatif (diperhatikan potensial maksimum dangan dilampaui).
3.      Diulangi percobaan 1 dan 2 untuk beberapa elemen listrik yang diberi oleh asisten (dua atau tiga elemen saja).
4.      Diulangi percobaan 1 dan 2 untuk dua buah elemen listrik yang dihubungkan secara seri (ditentukan oleh asisten).
5.      Diulangi percobaan 1 dan 2 untuk dua buah elemen listrik yang dihubungkan secara paralel.
6.      Diulangi percobaan 1 s/d 5 untuk rangkaian seperti pada gambar 4-2 (metode II).
7.      Catatan :
a.       Diperhatikan betul – betul batas ukur sumber arus dan alat – alat ukur yang lain.
b.      Diperhatikan dengan mengubah batas ukur suatu alat ukur berarti mengubah hambatan dalam alat ukur tersebut.











BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Keadaan ruangan
P (cm)Hg
T(  ̊C)
C (%)
Sebelum percobaan
75.6 cmHg
26  ̊C
71 %
Sesudah percobaan
75.7 cmHg
26.5  ̊C
65 %


4.1  Data Pengamatan
Nama mahasiswa        : 1. Aisyah Ayu Andayani      (062113027)
                                      2. Aini Yunanda                   (062113032)
                                      3. Yuspiter Ndruru                (062113034)
                                      4. Indri Lestari                      (062113052)
                                      5. Yudita Ida Haryati                       (062113061)
Tabel Percobaan A (METODE 2) :
1. R1 : 100 Ω                                                               

2. R2 : 200 Ω
No.
V (volt)
I (A)
P (watt)
R
1.
1
0.01
0.01
100
2.
2
0.02
0.04
100
x
1.5
0.015
0.025
100
No.
V (volt)
I (A)
P (watt)
R
1.
1
0.01
0.01
100
2.
2
0.015
0.03
133.3
x
1.5
0.0125
0.02
116.6

3. R3 : 400 Ω                                                               4. Rseri : 100 + 200 Ω
No.
V (volt)
I (A)
P (watt)
R
1.
1
0.005
0.005
200
2.
2
0.010
0.02
200
x
1.5
0.0075
0.0125
200
No.
V (volt)
I (A)
P (watt)
R
1.
1
0.009
0.009
111.1
2.
2
0.011
0.022
181.8
x
1.5
0.01
0.0155
146.4
    
5. Rparalel : 100 // 100 Ω atau 100 // 200 Ω               6. Hambatan Gantung
No.
V (volt)
I (A)
P (watt)
R
1.




2.




x




No.
V (volt)
I (A)
P (watt)
R
1.
1
0.009
0.009
111.1
2.
2
0.01
0.02
200
x
1.5
0.0095
0.0145
155.5
No.
V (volt)
I (A)
P (watt)
R
1.
1
0.02
0.02
50
2.
2
0.04
0.08
50
x
1.5
0.03
0.05
50

8. Dioda IN 4002 
7. Dioda IN 4001 
No.
V (volt)
I (A)
P (watt)
R
1.
1
0.11
0.11
9.090
2.
1.5
0.34
0.51
4.412
x
1.25
0.225
0.31
6.75
No.
V (volt)
I (A)
P (watt)
R
1.
1
0.125
0.125
8
2.
1.5
0.289
0.4335
5.190
x
1.25
0.207
0.28
6.595
                       
Nama Mahasiswa        : 1. Nur Amaliyah                   (062113028)
                                      2. Syamirah                           (062113037)
                                      3. Erna Dwijayanti                (062113039)
                                      4. Saly Mugni Solihat           (062113051)
                                      5. Fida Nur Afifah                (062113063)
                                      6. Ningrum Listyani              (062113115)
Tabel Percobaan B(METODE 2):
1. R1 : 100 Ω                                                               2. R2 : 200 Ω
No.
V (volt)
I (A)
P (watt)
R
1.
0.5
0.005
0.025
100
2.
0.75
0.01
0.075
175
x
0.625
0.075
0.01625
87.5
No.
V (volt)
I (A)
P (watt)
R
1.
1.5
0.01
0.015
150
2.
3
0.075
0.075
120
x
2.25
0.0125
0.1125
135

3. R3 : 400 Ω                                                               4. Rseri : 400 + 200 Ω
No.
V (volt)
I (A)
P (watt)
R
1.
3
0.01
0.03
300
2.
5.5
0.02
0.11
275
x
4.25
0.015
0.07
287.5
No.
V (volt)
I (A)
P (watt)
R
1.
4.5
0.01
0.225
450
2.
2.5
0.005
0.0125
500
x
3.5
0.0275
0.01187
475
    
5. Rparalel : 100 // 100 Ω atau 100 // 200 Ω               6. Hambatan Gantung
No.
V (volt)
I (A)
P (watt)
R
1.




2.




x




No.
V (volt)
I (A)
P (watt)
R
1.
1.5
0.01
0.015
150
2.
3
0.015
0.045
200
x
1.51
0.0325
0.03
175
No.
V (volt)
I (A)
P (watt)
R
1.
5
0.005
0.42
38.095
2.
3.5
0.09
0.315
38.88
x
3.75
0.0975
0.3675
38.48


8. Dioda IN 4002 
7. Dioda IN 4001 
No.
V (volt)
I (A)
P (watt)
R
1.
0.5
0.17
0.17
2.94
2.
0.5
0.25
0.085
1.9
x
0.5
0.21
0.1075
2.43
No.
V (volt)
I (A)
P (watt)
R
1.
0.5
0.165
0.0825
3.03
2.
0.5
0.25
0.13
1.92
x
0.5
0.2125
0.10625
2.475
4.2  Perhitungan
v  PERCOBAAN A (METODE 2):
·         R1 : 100 Ω
R   =                   R         =                   R rata2              = (100 + 100) Ω : 2
      =                             =                               = 200 Ω : 2
      = 100 Ω                       = 100 Ω                         = 100 Ω

P    = V . I             P          = V . I             P rata2  = (0.01 + 0.04) watt : 2
      = 1 . 0.01                     = 2 . 0.02                     = 0.05 watt : 2
      = 0.01 watt                  = 0.04 watt                  = 0.025 watt

·         R2 : 200 Ω
R   =                   R         =                   R rata2              = (100 + 133.333) Ω : 2
=                             =                             = 233.333 Ω : 2
= 100 Ω                       = 133.333 Ω                  = 116.6665 Ω

P    = V . I             P          = V . I             P rata2  = (0.01 + 0.03) watt : 2
= 1 . 0.01                     = 2 . 0.015                   = 0.04 watt : 2
= 0.01 watt                  = 0.03 watt                  = 0.02 watt

·         R3 : 400 Ω
R   =                   R         =                   R rata2              = (100 + 100) Ω : 2
=                             =                               = 200 Ω : 2
= 100 Ω                       = 100 Ω                         = 100 Ω

P    = V . I             P          = V . I             P rata2  = (0.01 + 0.04) watt : 2
= 1 . 0.01                     = 2 . 0.02                     = 0.05 watt : 2
= 0.01 watt                  = 0.04 watt                  = 0.025 watt


·         R seri: 100 + 200 Ω
R   =                   R         =                   R rata2              = (111.111 + 181.818) Ω : 2
=                           =                             = 292.929 Ω : 2
= 111.111 Ω                = 181.818 Ω                  = 146.4645 Ω

P    = V . I             P          = V . I             P rata2  = (0.009 + 0.022) watt : 2
= 1 . 0.009                   = 2 . 0.011                   = 0.031 watt : 2
= 0.009 watt                = 0.022 watt                = 0.0155 watt

·         R paralel : 100//200 Ω
R   =                   R         =                   R rata2              = (50 + 50) Ω : 2
=                             =                               = 100 Ω : 2
= 50 Ω                         = 50 Ω                           = 50 Ω

P    = V . I             P          = V . I             P rata2  = (0.02 + 0.08) watt : 2
= 1 .0.02                      = 2 . 0.04                     = 0.1 watt : 2
= 0.02 watt                  = 0.08 watt                  = 0.05 watt

·         Hambatan Gantung
R   =                   R         =                   R rata2              = (111.111 + 200) Ω : 2
=                           =                               = 211.111 Ω : 2
= 111.111 Ω                = 200 Ω                         = 155.555 Ω

P    = V . I             P          = V . I             P rata2  = (0.01 + 0.04) watt : 2
= 1 . 0.01                     = 2 . 0.02                     = 0.05 watt : 2
= 0.01 watt                  = 0.04 watt                  = 0.025 watt




·         Dioda IN 4001
R   =                   R         =                   R rata2              = (9.090 + 4.412) Ω : 2
=                             =                               = 200 Ω : 2
= 9.090 Ω                    = 4.412 Ω                      = 100 Ω

P    = V . I             P          = V . I             P rata2  = (0.01 + 0.04) watt : 2
= 1 . 0.01                     = 2 . 0.02                     = 0.05 watt : 2
= 0.01 watt                  = 0.04 watt                  = 0.025 watt

·         Dioda IN 4002
R   =                   R         =                   R rata2              = (8 + 5.19) Ω : 2
=                           =                             = 13.19 Ω : 2
= 8 Ω                           = 5.19 Ω                        = 6.595 Ω

P    = V . I             P          = V . I             P rata2  = (0.125 + 0.4335) watt : 2
= 1 . 0.125                   = 1.5 . 0.298                = 0. 5558 watt : 2
= 0.125 watt                = 0.4335 watt              = 0.27925 watt

v  PERCOBAAN B (METODE 1):
·         R1 : 100 Ω
R   =                   R         =                   R rata2              = (100 + 75) Ω : 2
      =                           =                               = 175 Ω : 2
      = 100 Ω                       = 75 Ω                           = 87.5 Ω

P    = V . I             P          = V . I             P rata2  = (0.0025 + 0.075) watt : 2
      = 0.5 . 0.005                = 0.75 . 0.01                = 0.0775 watt : 2
      = 0.0025 watt              = 0.075 watt                = 0.03875 watt


·         R2 : 200 Ω
R   =                   R         =                   R rata2              = (150 + 120) Ω : 2
=                             =                             = 270 Ω : 2
= 150 Ω                       = 120 Ω                         = 135 Ω

P    = V . I             P          = V . I             P rata2  = (0.01 + 0.075) watt : 2
= 1 . 0.01                     = 3. 0.025                    = 0.085 watt : 2
= 0.01 watt                  = 0.075 watt                = 0.0425 watt

·         R3 : 400 Ω
R   =                   R         =                   R rata2              = (300 + 275) Ω : 2
=                             =                               = 575 Ω : 2
= 300 Ω                       = 275 Ω                         = 287.5 Ω

P    = V . I             P          = V . I             P rata2  = (0.03 + 0.11) watt : 2
= 3 . 0.01                     = 5.5 . 0.02                  = 0.14 watt : 2
= 0.03 watt                  = 0.11 watt                  = 0.07 watt

·         R seri: 400 + 200 Ω
R   =                   R         =                   R rata2              = (450 + 500) Ω : 2
=                             =                             = 950 Ω : 2
= 450 Ω                       = 500 Ω                         = 475 Ω

P    = V . I             P          = V . I             P rata2  = (0.045 + 0.0125) watt : 2
= 4.5 . 0.01                  = 2.5 . 0.005                = 0.0575 watt : 2
= 0.045 watt                = 0.0125 watt              = 0.02875 watt




·         R paralel : 100//200 Ω
R   =                   R         =                   R rata2              = (38.095 + 38.88) Ω : 2
=                           =                               = 76.975 Ω : 2
= 38.095 Ω                  = 38.88 Ω                      = 38.4875 Ω

P    = V . I             P          = V . I             P rata2  = (0.42 + 0.315) watt : 2
= 4 .0.105                    = 3.5 . 0.09                  = 0.735 watt : 2
= 0.42 watt                  = 0.315 watt                = 0.3675 watt

·         Hambatan Gantung
R   =                   R         =                   R rata2              = (150 + 200) Ω : 2
=                             =                             = 350 Ω : 2
= 150 Ω                       = 200 Ω                         = 175 Ω

P    = V . I             P          = V . I             P rata2  = (0.015 + 0.045) watt : 2
= 1.5 . 0.01                  = 3 . 0.015                   = 0.06 watt : 2
= 0.015 watt                = 0.045 watt                = 0.03 watt

·         Dioda IN 4001
R   =                   R         =                   R rata2              = (2.94 + 1.92) Ω : 2
=                             =                               = 4.86 Ω : 2
= 2.94 Ω                      = 1.92 Ω                        = 2.43 Ω

P    = V . I             P          = V . I             P rata2  = (0.01 + 0.04) watt : 2
= 1 . 0.01                     = 2 . 0.02                     = 0.05 watt : 2
= 0.01 watt                  = 0.04 watt                  = 0.025 watt




·         Dioda IN 4002
R   =                   R         =                   R rata2              = (3.03 + 1.92) Ω : 2
=                           =                               = 4.95 Ω : 2
= 3.03 Ω                      = 1.92 Ω                        = 2.475 Ω

P    = V . I             P          = V . I             P rata2  = (0.01 + 0.04) watt : 2
= 1 . 0.01                     = 2 . 0.02                     = 0.05 watt : 2
= 0.01 watt                  = 0.04 watt                  = 0.025 watt

5.      Grafik
Di tugas akhir













BAB V
PEMBAHASAN
Fisika merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang gejala alam melalui pengamatan atau observasi dan memperoleh kebenaran secara empiris melalui panca indera  karena itu pengukuran merupakan bagian yang sangat penting dalam proses membangun konsep-konsep fisika. Pengukuran dilakukan langsung untuk mengetahui kuantitas besaran-besaran fisika seperti yang sudah dibahas dalam besaran dan pengukuran.
Pada praktikum “ Karakteristik Beberapa Elemen Listrik “ yang dilakukan dengan dua metode yakni metode pertama dengan penempatan voltameter diantara ampermeter dan beban yang diukur. Metode kedua dengan penempatan amperemeter diantara voltameter dan beban yang diukur. Seperti contoh dibawah.
 



                                           Metode 2                       Metode 1
Untuk hasil dari kedua metode ini diantaranya ada yang berbeda jauh ada juga yang sama. Pengukuran ini yang diketahui adalah Tegangan ( V ) dan Kuat arus ( I ) dan yang dihitung adalah Daya ( P ) dan Hambatan ( R ).
                                    Rumus  Daya ( P ) = V x I dengan satuan watt
                              Rumus Hambatan ( R ) =   dengan satuan Ohm ( Ω )
Karena grafik pada karakteristik hukum ohm tegangan berbanding lurus dengan kuat arus. Maka hal ini berpengaruh pada daya yang dihasilkan. Dari data pengamatan dapat dilihat bahwa daya mengikuti dari tegangan dan kuat arus tersebut. Maka daya ini pun berbanding lurus dengan tegangan dan kuat arus. Semakin besar tegangan maka akan semakin besar pula kuat arusnya dan daya yang dihasilkan akan besar pula. Maka untuk metode 1 dan metode 2 dalam daya hampir semuanya berbanding lurus dengan kuat arus dan tegangannya.
Maka perbandingan dalam hambatanlah yang menjadi acuan seperti yang dijelaskan pada tujuannya yaitu membuat koreksi-koreksi pada hambatan pada elemen listrik.

Berdasarkan dari data pengamatan dan diambil rata-ratanya dapat di bandingkan.
Hambatan ( R )
Pengukuran
Metode 1
Metode 2
Hambatan
Daya
Hambatan
Daya
R1 = 100Ω
87 ,5Ω
0,01625watt
100 Ω
0,025watt
R2 = 200Ω
135 Ω
0,1125watt
116,66 Ω
0,02watt
R3 = 400Ω
287,5 Ω
0.07watt
200 Ω
0,0125watt
R seri 400Ω+200Ω-100+200Ω
475 Ω
0,118watt
146,46 Ω
0,015watt
R paralel 100Ω+200Ω
38,48 Ω
0,367watt
50 Ω
0,05watt
Hambatan gulung
175 Ω
0,03watt
155,5 Ω
0,0145watt
Dioda IN 539 2
2,43 Ω
0,1075watt
6,75Ω
0,31watt
Dioda IN 450 2
2,475 Ω
0,106watt
6,595 Ω
0,279watt

Pada data tabel diatas bisa terlihat bahwa metode 2 alat yang lebih akurat dibandingkan metode 1 dengan perbadingan seprti berikut:
·         Pada R1 = 100Ω hambatan yang dihasilkan metode 2 sudah mendekati dibandingkan metode 1. Sedangkan daya yang dihasilkan metode 2 semakin besar hambatan maka dayanya semakin kecil dari metode 1.
·         Pada R2 = 200Ω hambatan yang dihasilkan metode 1 hampir mendekati dibandingkan metode 2. Sedangkan daya yang dihasilkan metode 1 lebih besar dari metode 2.
·         Pada R3 = 400Ω hambatan yang dihasilkan meode 1 hampir mendekati dibandingkan metode 2. Sedangkan daya yang dihasilkan metode 1 lebih besar dibandingkan metode 2.
·         Pada Rseri 400+200Ω=  600Ω yang dipasang pada metode 1 dihasilkan hambatan 475Ω. Pada Rseri 100+200Ω= 300Ω yang dipasang pada metode 2 dihasilkan hambatan 146,46Ω. Daya yang dihasilkan pasti metode 1 lebih besar dari metode 2.
·         Pada =  = 66,67Ω yang dipasang pada metode 1 dan 2 dengana dihasilkan hambatan metode 2 lebih mendekati dibandikan dengan metode 2. Sedangkan daya yang dihasilkan metode 1 lebih besar dari metode 2.
·         Pada Hambatan Gulung dihasilkan metode 1 lebih besar dari metode 2. Sedangkan daya yang dihasilkan metode 1 lebih besar dari metode 2.
·         Pada Dioda IN 539 2 dihasilkan hambatan metode 2 lebih besar dari metode 1. Sedangkan daya metode 2 lebih besar juga dari metode 1.
·         Pada Dioda IN 450 2 dihasilkan hambatan metode 2 lebih besar dari metode 1. Sedangkan daya metode 2 juga lebih besar dari metode 1.















BAB VI
SIMPULAN

Dari percobaan, pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
·         Dalam penentuan nilai R percobaan dengan mengamati besarnya I (ampere) pada amperemeter dan V (volt) pada voltmeter, lalu V dibagi dengan I sehingga ditemukan nilai R
·         Dalam penentuan nilai daya P (watt) V dikalikan dengan I.
·         Pada karakteristik beberapa elemen listrik menghasilkan hambatan yang berbeda-beda juga.
·         Percobaan yang telah dihasilkan bahwa metode 2 lebih akurat dalam menentukan hambatan dibandingkan metode 1.
·         Agar hambatan didapat dengan akurat tidak perlu mengukur voltmeternya dan juga amperemeter terlalu besar karna semakin besar voltnya akan menurunkan nilai hambatannya.
·         Hambatan (Ω) yang dihasilkan berbanding terbalik dengan dayanya (watt).