LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
“PENGUKURAN DASAR PADA BENDA PADAT”
DISUSUN OLEH :
1.
RESTI MELINDA (0621 13 067)
2.
CHUSNUL SYAHRI (0621 13 097)
3.
DESI KUSMIYASARI (0621 13
041)
4.
YUSPITER NDRURU (0621 13
034)
KIMIA A
19 OKTOBER 2013
ASISTEN
PRAKTIKUM :
1.
RISSA RATIMANJARI, S.Si
2.
DESI T, S.Si
3.
RUNI SUKAESIH
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Tujuan Percobaan
1.
Mempelajari dan
menggunakan alat-alat ukur.
2.
Menentukan
volume dan massa jenis zat padat.
3.
Menggunakan
teori ketidakpastian.
1.2 Dasar Teori
1)
Besaran dan
Satuan
Besaran
adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan di nyatakan dengan angka. Besaran
dalam fisika dikelompokkan atas besaran pokok dan besaran turunan. Besaran
pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan tidak
diturunkan dari besaran lain. Ada tujuh besaran pokok, yaitu panjang, massa,
waktu, kuat arus listrik, suhu, intensitas cahaya, dan jumlah molekul. Besaran
turunan adalah besaran yang diturunkan dari satu atau lebih besaran pokok.
Contoh besaran turunan ialah luas yang diperoleh dari besaran pokok panjang
kali lebar. Contoh lain ialah volume, massa jenis, kecepatan, gaya dan lain
sebagainya.
Dalam penyebutan suatu besaran
fisika belum lengkap tanpa satuannya sehingga tanpa satuan, nilai pengukuran
tidak akan berarti. Satuan adalah segala sesuatu yang menunjukkan banyaknya
hasil pengukuran yang diperoleh. Mengingat banyaknya satuan untuk suatu besaran
dalam kehidupan sehari-hari , timbullah berbagai kesulitan. Contohnya saat
berbelanja di toko tekstil, pembeli menginginkan kain dalam panjang dalam
satuan meter sedangkan si penjual menggunakan satuan yard. Akibatnya ukuran
panjang kain yang dibeli terpaksa dikira-kira. Dengan masalah ini, orang
berkeinginan untuk menggunakan suatu satuan yang seragam. Satuan seragam ini muncul dalam perjanjian
internasional yang disebut satuan sistem internasional (international system of
units) disingkat SI.
Alat yang
digunakan untuk pengukuran :
1.
Jangka
Sorong
Jangka sorong
adalah alat ukur panjang yang memiliki ketelitian 0,1 mm dengan ketelitian yang
lebih baik dari mistar. Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter luar
suatu tabung, kawat, atau tebal sebuah buku. Jangka sorong juga dapat digunakan
untuk mengukur diameter bagian dalam tabung atau botol dan juga kedalamannya.
Perhatikan
gambar :
Jangka sorong terdiri atas rahang
tetap yang memiliki skala tetap , rahang geser yang memiliki skala nonius
(vernier) , rahang bawah, rahang atas dan pengukur kedalaman. Pada Jangka
sorong, rahang bawah digunakan untuk mengukur diameter luar tabung dan rahang
atas digunakan untuk mengukur diamater bagian daiam tabung. Adapun bagian ujung
digunakan untuk mengukur kedalaman tabung. Rahang geser jangka sorong dapat
digeser secara bebas disesuaikan dengan ukuran benda. Pada rahang geser
terdapat skala nonius, yaitu skala yang menentukan ketelitian pengukuran pada
jangka sorong. Pada saat keadaan kedua rahang tertutup, yaitu angka 0 skala
utama dalam sentimeter berhimpit dengan angka 0 skala nonius, saat diamati
ternyata panjang 10 skala nonius = 9 mm, ini berarti panjang 1 skala nonius =
0,9 mm. Sehingga selisih antara skala utama pada rahang tetap dengan skala
nonius adalah (1 – 0,9) = 0,1 mm.
Hasil pengukuran dengan jangka
sorong akan memuat angka pasti dari skala utama dan angka taksiran dari skala
nonius yang segaris (berhimpit) dengan skala utama. Penjumlahan dari keduanya
merupakan angka penting. Hasil pengukuran itu dapat dituliskan dengan persamaan
sebagai berikut :
X =( Xo + ∆X. 0,1 ) mm atau X =
hasil skala utama + hasil skala nonius
|
Kegunaan jangka sorong adalah
·
Untuk
mengukur suatu benda bagian luar dengan cara diapit. contoh : mengukur
tebal buku.
·
Untuk
mengukur bagian dalam atau diameter lubang suatu benda, contoh : besar
diameter lubang pipa, botol atau tabung.
·
Untuk
mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
“menancapkan/menusukkan” bagian pengukur pengukur kedalaman.
2.
Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup atau disebut juga
Mikrometer adalah alat ukur yang lebih cermat dari jangka sorong. Alat ini
dapat digunakan untuk mengukur benda-benda yang tergolong kecil dan tipis,
misalnya diameter pensil, diameter kawat/ kabel listrik, tebal karton, tebal
sehelai kertas hingga diameter rambut. Mikrometer memiliki ketelitian ukur 0,01
mm (Mikrometer analog), bahkan pada Mikrometer elektronik digital, dapat
mencapai ketlitian hingga 0,002 mm (2µm). Berikut
bagian-bagian dari Mikrometer.
Bagian utama Mikrometer adalah poros
ukur yang dapat bergerak, dipasang pada Silinder pemutar ( Bidal). Pada Bidal
terdapat skala Nonius yang memiliki 50 bagian skala. Jika skala Nonius diputar
satu kali putaran (50 skala), maka bidal akan bergerak maju 0,5 mm, yang dapat
diamati pada skala Utama (pada gambar 3.1 (Bidal bergerak maju kearah
kiri) Berarti, jika Bidal diputar satu skala, maka akan bergeser sejauh 0,5 mm
dibagi 50 = 0,01 mm . Hasil pengukuran Mikrometer terhadap sebuah benda, dapat
dituliskan dengan persamaan sebagai berikut :
X =( Xo + ∆X. 0,01 ) mm
Yaitu :
X0 =
hasil skala utama
ΔX = hasil skala nonius ( Skala
bidal yang berimpit dengan skala utama)
X = hasil pengukuran Mikrometer terhadap sebuah benda
X = hasil pengukuran Mikrometer terhadap sebuah benda
3.
Neraca Teknis
Alak ukur massa yang sering
digunakan dalam laboratorium fisika adalah neraca teknis dan neraca analitis
karena memiliki tingkat ketelitian yang lebih baik dari pada neraca pasar.
Pada gambar diatas terdapat
unting-unting sebagai penyeimbang kedua piringan neraca. Kedudukan piring akan
setimbang bila jarum petunjuk bergerak bolak balik ke kiri dan ke kanan dengan
simpangan yang sama terhadap posisi setimbang. Jika kedudukan piring tidak
setimbang, anak timbangan ditambahkan pada piring yang terangkat. Ketika
meletakkan anak timbangan atau benda pada piring, neraca harus pada posisi
tertahan dan jarum penunjuk diam. Nilai ukur diperoleh dari jumlah anak
timbangan yang berada di dalam piring neraca seimbang dengan piring neraca yang
berisi benda yang diukur.
4.
Neraca
Ohaus
Neraca
ohauss terdiri dari tiga batang skala, yaitu batang pertama berskala ratusan
gram, batang kedua berskala puluhan gram dan batang ketiga berskala satuan
gram. Neraca ini mempunyai ketelitian hingga 0,1g. Benda yang akan ditimbang
diletakkan di atas piringan. Setelah beban geser disetimbangkan dengan benda,
massa benda dapat dibaca pada skala neraca. Kegunaan neraca ohauss adalah untuk
mengukur massa benda ataulogam dalam praktek laboratorium. Kapasitas beban yang
ditimbang dengan menggunakan neraca ini adalah 311 gram. Neraca ohaus termasuk
kedalam neraca teknis yaitu neraca yang tidak memiliki ketelitian tinggi. Batas
ketelitian neraca Ohauss yaitu 0,1 gram. Karena ketelitiannya yang rendah
neraca ini biasanya dipakai untuk menimbang zat atau benda yang tidak
memerlukan ketelitian yang tinggi.
2)
Pengukuran dasar pada benda padat
Pengukuran ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengukuran cara statis dilakukan untuk mengukur benda yang beraturan dan tidak elastis. Untuk mengukur volume zat padat yang teratur bentuknya (kontinu) dapat pula dilakukan secara tidak langsung dengan mengukur perubah (variabel) yang membangunnya. Sedangkan pengukuran cara dinamis dilakukan untuk mengukur benda yang tidak beraturan dan elastis dengan menerapkan hukum archimedes yang berbunyi : “Bila sebuah benda kita masukkan kedalam zat cair, maka benda tersebut akan mendapat gaya angkat ke atas seberat volume zat cair yang dipindahkan atau sebesar volume benda yang tercelup”.
Pengukuran ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengukuran cara statis dilakukan untuk mengukur benda yang beraturan dan tidak elastis. Untuk mengukur volume zat padat yang teratur bentuknya (kontinu) dapat pula dilakukan secara tidak langsung dengan mengukur perubah (variabel) yang membangunnya. Sedangkan pengukuran cara dinamis dilakukan untuk mengukur benda yang tidak beraturan dan elastis dengan menerapkan hukum archimedes yang berbunyi : “Bila sebuah benda kita masukkan kedalam zat cair, maka benda tersebut akan mendapat gaya angkat ke atas seberat volume zat cair yang dipindahkan atau sebesar volume benda yang tercelup”.
FA = ..g
Keterangan :
FA : gaya ke atas (gaya angkat
Archimedes) (Newton)
: volume benda yang tercelup dalam fluida (m3)
: massa
jenis fluida (kg/m3)
g :
percepatan gravitasi (m/s2)
Dengan pengukuran cara statis volume balok
dapat juga dilakukan dengan cara
mengukur panjang lebar dan tinggi dari balok
itu sehingga :
balok =
Keterangan :
p = panjang balok
l = lebar balok
t = tinggi balok
Dan volume silinder pejal dapat juga
dilakukan dengan mengukur diameter dan panjang
silinder itu sehingga:
silinder=
Keterangan :
atau
3,14
t = tinggi silinder
r = jari-jari silinder
Dengan pengukuran cara
dinamis volume kunci dapat juga
dilakukan dengan cara menimbang
massa benda di air dan di udara, sehingga :
Keterangan :
= Massa
udara
= Massa
air
Massa jenis ialah pengukuran
massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi
massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total volumenya.
Sebuah benda yang memiliki massa jenis
lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki
massa jenis lebih rendah (misalnya air). Massa
jenis berfungsi zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Dan satu zat
berapapun massanya berapapun
volumenya akan memiliki massa jenis yang sama.
Rumus untuk menentukan massa jenis :
Keterangan :
= massa
jenis (Kg/m³)
m = massa zat (Kg)
= volume
zat (m³)
Contoh massa jenis beberapa zat, yaitu massa
jenis besi 7,9 gr/cm³, massa jenis kuningan
8,6gr/cm³, massa jenis tembaga 8,9 gr/cm³, massa jenis aluminium 2,7 gr/cm³ dan lain sebagainya.
BAB
II ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat yang digunakan
1. Jangka
Sorong
2. Mikrometer Skrup
3. Neraka Teknis
4. Bejana Gelas
5. Thermometer
6. Bangku Penumpu
2.2 Bahan yang digunakan
1. Balok Kuningan
2. Silinder Besi
3. kunci
BAB
III METODE PERCOBAAN
Metode percobaan dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara
statis dan cara dinamis.
·
Cara Statis
1.
Diukur panjang
dan lebar benda padat dengan tempat yang berlainan. Dibuat hasil pengukuran
dalam bentuk tabel masing-masing tersendiri.
2.
Diukur tebalnya
dengan mikrometer skrup juga seperti No. 1.
3.
Ditentukan
massa benda padat dengan cara menimbang cukup sekali saja.
4.
Dicatat suhu
ruangan pada awal dan akhir percobaan.
5.
Diukur benda
padat yang lain dengan harga rata-rata masing-masing penyimpangan.
·
Cara Dinamis
1.
Ditentukan
massa benda padat dengan cara menimbang.
2.
Ditimbang
sekali lagi benda tersebut yang tergantung pada tali tipis.
3.
Ditimbang
sekali lagi benda yang tergantung tersebut terendam seluruhnya dalam air. Ingat
airnya tidak ikut tertimbang dan benda tidak mengenai dasar bejana.
4.
Dicatat suhu
air dalam ruangan pada awal dan akhir percobaan.
5.
Diulangi
seluruh pengukuran tersebut di atas untuk benda padat lain.
BAB
IV DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1 Data Pengamatan
Berdasarkan data percobaan dan pengamatan yang dilakukan pada
tanggal 19 Oktober
2013, maka dapat dilaporkan hasil sebagai berikut.
2013, maka dapat dilaporkan hasil sebagai berikut.
Keadaan Ruangan
|
()
|
(
|
|
Sebelum Percobaan
|
|||
Sesudah Percobaan
|
1.
Cara
Statis
-
Balok
Kuningan
Massa = 58,2 gram
= 8,6 gr/cm
No
|
P
(cm)
|
L
(cm)
|
T
(cm)
|
V(cm3)
|
(gr/
cm3)
|
1.
|
3,88
cm
|
1,93
cm
|
0,948
cm
|
7,099
cm3
|
8,198
gr/ cm3
|
2.
|
3,91
cm
|
1,92
cm
|
0,946
cm
|
7,101
cm3
|
8,196
gr/ cm3
|
3.
|
3,98
cm
|
1,925
cm
|
0,947
cm
|
7,255
cm3
|
8,022
gr/ cm3
|
3,923
cm
|
5,775
cm
|
0,947
cm
|
7,151
cm3
|
8,138
gr/ cm3
|
No
|
d
(cm)
|
r
(cm)
|
T
(cm)
|
V
(cm3)
|
(gr/
cm3)
|
1.
|
1,576
cm
|
0,788
cm
|
4,25
cm
|
8,294
cm3
|
7,559
gr/ cm3
|
2.
|
1,581
cm
|
0,7905
cm
|
4,24
cm
|
8,327
cm3
|
7,529
gr/ cm3
|
3.
|
1,579
cm
|
0,7895
cm
|
4,26
cm
|
8,345
cm3
|
7,513
gr/ cm3
|
1,578
cm
|
0,789
cm
|
4,256
cm
|
8,322
cm3
|
7,533
gr/ cm3
|
-
Silinder
Besi
Massa = 62,7 gram
= 7,9 gr/cm³
Massa = 62,7 gram
= 7,9 gr/cm³
2.
Cara
Dinamis
No
|
Benda
|
Mu (gr)
|
Ma
(gr)
|
V(cm3)
|
(gr/
cm3)
|
1.
|
Kunci
|
18,4
gr
|
15,405
gr
|
2,995
cm3
|
6,14
gr/ cm3
|
2.
|
Balok
|
58,2
gr
|
51,17
gr
|
7,03
cm3
|
8,278
gr/ cm3
|
4.2 Perhitungan
Cara statis
1) Balok Kuningan
Massa : 58,2 gram
·
Menentukan Volume Balok
balok =
§
Percobaan 1
Vbalok = 3,88 x 1,93 x 0,948
=
7,099 cm3
§
Percobaan 2
Vbalok = 3,91 x 1,92 x 0,946
=
7,101 cm3
§
Percobaan 3
Vbalok = 3,98 x 1,925 x 0,947
= 7,255 cm3
·
Menentukan Massa Jenis Balok
§
Percobaan 1
=
= 8,198
gr/cm3
§
Percobaan 2
=
= 8,196 gr/cm3
§
Percobaan 3
=
= 8,022 gr/cm3
·
Ketelitian
balok
PK =
= 1 – (0,053) x 100%
= 94,7%
= 1 – (0,053) x 100%
= 94,7%
2)
Silinder Besi
Massa = 62,7
·
Menentukan
Volume Silinder
silinder=
§ Percobaan 1
Vsilinder
= x
(0,788)2 x 4,25
= 8,294 cm3
§ Percobaan 2
Vsilinder
= x
(0,7905)2 x 4,25
= 8,327 cm3
§ Percobaan 3
Vsilinder
= x
(0,7895)2 x 4,26
= 8,345 cm3
·
Menentukan Massa Jenis Silinder
§
Percobaan 1
=
= 7,559 gr/cm3
§
Percobaan 2
=
= 7,529 gr/cm3
§
Percobaan 3
=
= 7,513 gr/cm3
·
Ketelitian
silinder
PK =
= 1 – (0,046) x 100%
= 95,4%
Cara Dinamis
1) Kunci
·
Menentukan Volume Kunci
Vkunci
V = 18,4 – 15,405
V = 18,4 – 15,405
= 2,995 cm3
·
Menentukan
Massa Jenis Kunci
= 6,143 gr/cm3
·
Ketelitian
kunci
PK =
= 1 – (0,222) x 100%
= 77,8%
2)
Balok
·
Menentukan
Volume Balok
Vkunci
Vkunci = 58,2 – 51,17
Vkunci = 58,2 – 51,17
= 7,03cm3
·
Menentukan
Massa Jenis Balok
= 8,278 gr/cm3
·
Ketelitian
balok
PK =
= 1 – (0,37) x 100%
= 1 – (0,37) x 100%
= 63%
BAB
V PEMBAHASAN
BAB
VI KESIMPULAN
Pengukuran merupakan kegiatan
membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai
satuan. Menentukan massa jenis dan volume zat padat dapat ditentukan melalui
dua cara yaitu pengukuran cara statis dan pengukuran cara dinamis. Alat ukur panjang
yang digunakan seperti Jangka Sorong dan Mikrometer Skrup sedangkan alat ukur
massa yang digunakan seperti Neraca Ohaus/Teknis. Salah satu prinsip dasar pengukuran adalah bahwa tidak ada pengukuran
dunia nyata yang memiliki ketepatan sempurna. Selalu ada kesalahan dalam setiap
pengukuran. Semakin baik alat ukur maka tingkat kesalahan yang dihasilkan akan
semakin kecil. Demikian pula sebaliknya. Namun betapapun baiknya alat ukur,
kesalahan pengukuran tidak akan pernah dapat benar-benar dihilangkan. Fenomena kesalahan pengukuran ini disebut dengan
ketidakpastian (uncertainty). Ketidakpastian ini merupakan konsekuensi
dari ketidakmampuan manusia membuat instrumen yang dapat mencatat hasil
pengukuran dengan jumlah digit tak hingga.
Dari percobaan balok
kuningan yang telah dilakukan sebanyak 3 kali dapat dihasilkan massa jenis
dengan tingkat ketelitian 94,7% sedangkan silinder besi 95,4%. Hasil tersebut
hanya dengan beberapa angka lagi dapat menghasilkan hasil yang sempurna yaitu
100%. Namun, pada percobaan kunci dapat dihasilkan massa jenis dengan tingkat
ketelitian 77,8%. Hasil tersebut masih kurang baik karena kunci terbuat dari
bahan campuran aluminium dan besi.
DAFTAR
PUSTAKA
Umar, Efrizon.
2007. Fisika dan Kecakapan Hidup. Jakarta: Ganeca Exact.
Buku Penuntun
Praktikum Fisika Dasar 1, Laboratorium Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Pakuan.
LAMPIRAN
1.1
Data Pengamatan
1.2
Tugas Akhir
1.
Berikanlah
keterangan mengapa tebal benda tidak diukur dengan jangka sorong, melainkan
dengan mikrometer skrup ?
2.
Apakah massa
tali tipis dapat diabaikan dalam tingkat ketelitian 1% ?
3.
Tentukan volume
benda-benda padat dengan kedua cara !
4.
Dari kedua cara
diatas, manakah menurut pengamatan yang paling teliti ?
5.
Tentukan massa
jenis benda-benda tersebut !
6.
Dari langkah 5,
tentukan jenis benda-benda tersebut !
7.
Tentukan Volume
benda-benda tersebut pada ,
langkah 6 !
8.
Sebutkanlah
salah satu cara lain untuk menentukan volume benda padat !
Jawab
:
1.
Karena jangka
sorong digunakan untuk mengukur panjang suatu benda, lebar, kedalaman tabung,
diameter dalam dan diameter luar walaupun untuk mengukur ketebalan benda, hanya
dapat dengan benda yang tipis. Sedangkan mikrometer skrup digunakan untuk
mengukur ketebalan benda yang tebal maupun tipis, karena memiliki tingkat
ketelitian sepuluh kali lebih teiti daripada jangka sorong. Tingkat
ketelitiannya adalah 0,01 mm.
2.
Massa tali
tipis diabaikan, karena tidak mempengaruhi pengukuran suatu benda.
3.
Volume benda
padat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
-
Cara Statis
a.
Balok Kuningan
balok =
balok = 3,923 5,775 0,947
= 7, 151 cm3
= 7, 151 cm3
b.
Silinder Besi
silinder =
silinder = (0,789)2
4,256
= 8,322 cm3
-
Cara Dinamis
a.
Kunci
Vkunci
V = 18,4 – 15,405
V = 18,4 – 15,405
= 2,995 cm3
b.
Balok
Vkunci
Vkunci = 58,2 – 51,17
= 7,03 cm3
Vkunci = 58,2 – 51,17
= 7,03 cm3