Friday, June 27, 2014

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 2
SIFAT LENSA DAN CACAT BAYANGAN


Disusun oleh :
1.      Indah Melyta Sari          (062113006)
2.      Aini Yunanda                (062113032)
3.      Yuspiter Nduru              (062113034)

KELOMPOK KELAS A
TANGGAL PRAKTIKUM
26 APRIL 2014
ASISTEN PRAKTIKUM
1.      Dra. Tri Rahma, M.Si.
2.      Rissa Ratimanjari, S.Si.

 














LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR

2014





KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Allah SWT. Yang sudah memeberikan rahmat dan karunia- NYA, kita masih diberikan banyak nikmat terutama nikmat iman dan islam serta nikmat sehat hingga kini kita rasakan sehingga kita masih bisa beraktivitas seperti biasa. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada uswatun hasanah kita yakni Nabi Muhammmad SAW. Beserta keluaraga , sahabat dan kita selaku umatnya hingga yaumil Qiyamah. Laporan ini membahas tentang Kalorimeter Joule.
            Terima kasih kami ucapkan kepada ibu Dra. Tri Rahma, M.Si. dan ibu Risa Ratimanjari, S.Si. selaku asisten dosen mata kuliah Fisika yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Mudah – mudahan ilmu yang bapak berikan kepada kami khususnya dan umumnya kepada kami semua bermanfaat.
           
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
            Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kami. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

                                                                              Bogor, 19 April 2014


                                                                                                                 
                                                                                                Penyusun                    





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Tujuan ……………………………………………………………… 1
1.2  Dasar Teori …………………………………………………….…… 1
BAB II ALAT DAN BAHAN
2.1  Alat dan Bahan……………………………………………………… 8
BAB III METODE PERCOBAAN...…. …………………….……..………. 9
BAB IV DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1  Data Pengamatan …………………….…………………………….. 10
4.2  Perhitungan ………………………………………….……...……… 11
BAB V PEMBAHASAN ………………………………….………………. 14
BAB VI KESIMPULAN …………………………………………………... 16
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Tujuan
1.      Mengenal dan memahami sifat – sifat pembiasan cahaya pada lensa
2.      Menentukan jarak fokus lensa
3.      Mengamati cacat bayangan (aberasi) dan penyebabnya
4.      Mengurangi terjadinya cacat bayangan
2.1  Dasar Teori
            Lensa adalah sebuah benda bening yang tembus cahaya dan dibatasi oleh dua bidang permukaan yang lengkung. Dua bidgang lengkung yang membentuk lensa dapat berbentuk silindris atau bola. Lensa silimdris memusatkan cahaya dari sumber titik yang jauh pada suatu garis, sedangkan permukaan bola yang melengkung kesegala arah memusatkan cahaya dari sumber yang jauh pada suatu titik. Berdasarkan bidang batasnya, lensa dibagi menjadi :
1. Lensa Cembung (konveks)
            Lensa cembung dalah lensa konvergen yang bersifat mengunmpulkan sinar. Lensa cembung jgaa merupakan lensa (+) karena dapat mengumpulkan bayangan yang bias ditangkap layar dan nyata.
 Lensa cembung terbagi 3, yaitu:
Ø  Lensa cembung-cembung (biconvex)
Lensa cembung yang dibatasi oleh dua bidang lengkung yang berlawanan arah kelengkungannya
Ø  Lensa cembung-datar (plan convex)
            Lensa cembung yang dibatasi oleh satu bidang datar dan satu bidang lengkung
Ø  Lensa cembung-cekung (concave convex)
            Lensa cembung yang dibatasi oleh dua budang lengkung yang searah kelengkungannya.

Sifat cahaya atau sinar pada lensa cembung adalah :
  1. Sinar datang yang sejajar sumbu utama lensa dibiaskan melalui titik fokus aktif F1.
  2. Sinar datang melalui titik fokus F2 dibiaskan sejajar sumbu utama.
  3. Sinar datang melalui titik pusat optik O diteruskan tanpa membias.
Berikut gambar jalannya sinar pada lensa cembung :
Bayangan dibentuk adalah nyata, terbalik, dan diperbesar.
Rumus :              atau             

            Ket:
                        f = Jarak fokus
                        S = Jarak benda
                        S = Jarak bayangan
                        m = Pembesaran
               h = tinggi benda
 h’= tinggi bayangan

2. Lensa Cekung (konkaf)
            Lensa cekung disebut juga sebagai lensa divergen yang bersifat menyebarkan sinar. Lensa ini juga disebut lensa (–) karena tidak dapat membentuk bayangan yang bias ditangkap layar dan memiliki harga fokus negatif.
Lensa cekung terbagi atas 3 bagian yaitu :
Ø  Lensa cekung-cekung (biconcave)
            Lensa cekung yang dibatasi oleh dua bidang lengkung yang arahnya berlawanan.
Ø  Lensa cekung-datar (plan-concave)
            Lensa cekung yang dibatasi oleh satu bidang datar dan satu bidang lengkung.
Ø  Lensa cekung-cembung (convex-concave)
            Lensa cekung yang dibatasi oelh dua bidang lengkung yang arahnya searah.
Jalannya sinar pada lensa cekung :
  1. Sinar datang yang sejajar sumbu utama dibiaskan berasal dari seakan-akan titik fokus aktif F1.
  2. Sinar dating seakan-akan menuju titik fokus pasif F2 dibiaskan sejajar sumbu utama.
  3. Sinar datang menuju pusat optic O diteruskan tanpa membias
Berikut gambar jalannya sinar pada lensa cekung :
Bayangan yang dibentuk adalah maya, tegak, dan diperkecil.

 

Persamaan lensa cekung :                                     atau
                       
                                   

            Ket:
                        f = Jarak fokus
                        S = Jarak benda
                        S’=Jarak bayangan
                        m = Pembesaran
                        h = Tinggi benda
                        h’ = Tinggi bayangan


Menentukan Jarak Fokus f Lensa Positif (Konvergen)
                                                      +  lensa                                                                                                                                                 
                                                                                            S’                                       Layar
                     F                                              F’                      
                                S                                                                
                                                             L                                                                                                          
            Sebuah benda O diletakkan sebelah kiri lensa positif dan bayangan O’ yang terbentuk disebelah kanan lensa dapat diamati pada sebuah layar. Jika m pembesaran bayangan (perbandingan panjang O’ dan O), dan L jarak antara benda dan bayangan (layar) maka jarak fokus lensa f dapat ditentukan dari persamaan :
                                                     
Jadi fokus f dapat ditentukan dengan persamaan:
                         
            Keterangan :
                        f = jarak titik fokus lensa.
                        L = jarak benda ke layar.
                        m = Pembesaran
Jika S jarak bayangan (layar) terhadap lensa dan m pembesaran bayangan.  
            Sebuah benda O diletakkan pada jarak L dari layar (L tetap) kemudian lensa positif yangakan ditentukan jarak fokusnya digeser-gesrekan antara benda O dan layar, sehingga                                                                                                                               
diperoleh kedudukan tersebut dapat memberikan bayangan yang jelas dari benda O pada layar (O’). Bayangan yang satu diperbesar dan yang lain diperkecil. Jika e = jarak antara dua kedudukan lensa yang dapat memberikan bayangan yang jelas pada layar, maka jarak fokus f dari lensa dapat ditentukan menurut persaman Bessel.

                        Persamaan Bessel:
                        Keterangan :
                                                f = jarak titik fokus lensa.
                                                L = jarak benda ke layar.
                                                e = jarak dua lensa

Menentukan Jarak Fokus f Lensa negatif (divergen)
            Lensa negatif tidak memberikan gambar pada layar karena memberikn gambar secara tidak ril untuk sebuah benda sejati, untuk mengatasinya kita letakkan lensa positif pada lensa negatif yang jarak fokusnya sudah diketahui.
            Lensa negatif hanya dapat membentuk bayangan nyata dari benda maya. Untuk itu dipergunakan lensa positif untuk membentuk bayangan nyata . Bayangan nyata pada layar yang dibentuk oleh lensa positif dipakai sebagai benda nyata terhadap lensa negatif. Jarak lensa negatif kelayar mula-mula ini merupakan jarak benda S. Jika kemudian layar digeser maka akan terbentuk bayangan nyata pada layar. Jarak layar terakhir ini kelensa negatif merupakan jarak bayangan S’. Jarak fokus lensa negatif dapat ditentukan dengan persamaan :
Untuk lensa gabungan/bersusun jarak fokusnya f dapat ditentuksn dengan persamaan :
Jadi, bila f dan f1 diketahui maka f2 dapat dihitung, dengan asumsi bahwa tidak ada celah diantara kedua lensa.

Cacat Bayangan       
Rumus-rumus persamaan lensa yang telah diberikan dapat diturunkan dengan syarat berlaku untuk sinar paraksial. Jika syarat tersebut dapat dipenuhi, maka akan terjadi cacat bayangan (aberasi).
Jenis-jenis cacat bayangan antara lain :
Ø  Aberasi sferis,  disebabkan oleh kecembungan lensa. Sinar paraksial atau sinar dari pinggir lensa membentuk bayangan di P’. Aberasi ini dapat dihilangkan dengan mempergunakan diafragma yang diletakan di depan lensa atau dengan lensa gabungan atlantis yanng terdiri dari dua lensa yang jenis kacanya berlainan.
Ø  Aberasi koma, aberasi ini terjadi akibat tidak sanggupnya lensa membentuk bayangan dari sinar di tengah dan sinar tepi. Berbeda dengan aberasi sferis pada aberasi koma sebuah titik benda akan terbentuk bayangan seperti bintang berekor, gejala koma ini tidak dapat diperbaiki dengan diafragma.
Ø  Astigmatisma, disebabkan oleh kornea mata yang tidak berbentuk sferik (irisan bola), melainkan lebih melengkung pada suatu bidang daripada bidang lainnya (bidang silinder). Akibatnya benda tidak difokuskan sebagai garis pendek .
Ø  Kelengkungan medan,bayangan yang dibentuk oleh lensa pada layar letaknya tidak dalam satu bidang datar melainkan pada bidang lengkung. Disebut kelengkungan medan atau lengkungan bidang bayangan.
Ø  Distorsi, gejala terbentuknya bayangan palsu, terjadi bayangan palsu ini oleh karena di depan atau di belakang lensa diletakan diafragma.

Hukum yang berlaku pada pembiasan cahaya

1.      Hukum I Snellius berbunyi “Sinar dating, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar”
Hukum II Snellius berbunyi “Jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat (misalnya dari udara ke air atau dari udara ke kaca), maka sinar dibelokkan mendekati garis normal. Sebaliknya, jika sinar dating dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, maka sinardibelokkan menjauhi garis normal”
2.      Hukum Gauss, denga menganggap tebal lensa dapat diabaikan terhadap jarak (baik jarak benda ke lensa maupun jarak benda ke lensa ), maka dapat ditentukan formulasi dasar permulaan yang menghubangkan jarak fokus lensa (f), jarak benda ke lensa (S) dan jarak bayangan ke lensa (S’)
3.      Hukum Bessel. Hal ini biasanya digunakan untuk menghitung jarak titik api lensa positif.
Persamaannya adalah:






















BAB II
ALAT DAN BAHAN

2.1  Alat dan Bahan
-         Lensa positif kuat (++)
-         Lensa positif lemah (+)
-         Lensa negatif (-)
-         Benda yang berupa anak panah
-         Lampu pijar untuk benda
-         Layar untuk menangkap bayangan
-         Diafragma
-         Bangku optik
-         Kaca garis
-         Kabel – kabel penghubung dan sumber tegangan listrik








BAB III
METODE PERCOBAAN

1.      Dicatat suhu, tekanan dan kelembapan ruangan sebelum percobaan.
2.      Diukur tinggi anak panah yang digunakan sebagai benda.
3.      Disusun sistem optik berurutan sebagai berikut :
-          Benda dengan lmapu di belakangnya.
-          Lensa positif lemah (+)
-          Layar
4.      Diambil jarak layar lebih besar satu meter.
5.      Diukur dan dicatat jarak benda ke layar.
6.      Digeser lensa didapatkan bayangan yang jelas pada layar
7.      Dicatat kedudukan lensa dan diukur tinggi bayangan pada layar.
8.      Digeser lagi kedudukan lensa sehingga didapatkan bayangan jelas yang lain (jarak benda ke layar L tidak diubah).
9.      Diulangi percobaan no. 3 s/d 7 beberapa kali dengan harga L yang berlainan.
10.  Diulangi percobaan no. 2 s/d 8 untuk lensa positif kuat (++)
11.  Ditentukan jarak lensa negative dengan dibuat bayangan yang jelas dari benda O pada layar dengan pertolongan lensa positif.
12.  Kemudian diletakkan lensa negatif antara lensa positif dan layar. Diukur jarak lensa lensa negatif ke layar (S)
13.   Digeser layar sehingga terbentuk bayangan yang jelas pada layar. Diukur jarak lensa negatif ke layar (S)
14.  Diulangi percobaan no 10 s/d 12 beberapa kali.
15.  Untuk menentukan jarak fokus lensa bersusun, dirapatkan lensa positif kuat (++) dengan positif lemah (+) serapat mungkin.
16.  Digunakan cara Bessel untk menentukan jarak fokus bersusun. Diulangi beberapa kali dengan harga L yang diubah – ubah.
17.   Dicatat suhu, tekanan dan temperature sesudah percobaan.

BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Keadaan ruangan
P (cm)Hg
T(  ̊C)
C (%)
Sebelum percobaan
77.5 cmHg
25.5  ̊C
70 %
Sesudah percobaan
75.6 cmHg
26.5  ̊C
67 %


4.1  Data Pengamatan
No.
Jenis Lensa
L (cm)
S01
S11
h1
h1
M1
1.
Cembung (++)
136
10.2
125.8
1.15
12.5
12.33333333
2.
Cembung (+)
136
69.8
66.2
1.15
1
0.948424068

No.
f1
S02
S12
h2
h2
M2
f2
1.
9.435
124.2
11.8
1.15
0.1
0.09508
10.77617647
2.
33.976
77.7
58.3
1.15
0.9
0.7503175
33.3081

No.
Jenis Lensa
S0
S1
h
h’
f
1
Cekung (-)
104
34.7
1.15
10.8
26. 01874549

No.
Jenis Lensa
L
S0
S1
f
e
1.
Lensa bersusun (++) ~ (-)
136
29
107
22.98518519
78

No.
Warna
L
S0
S1
f
1.
Biru
136
122.5
120.8
12.15992647
2.
merah
136
125.6
119.5
9.604703882


No.
Posisi
L
S0
S1
f
1.
vertikal
136
15.2
120.8
13.50117647
2.
horisontal
136
16.5
119.5
14.49816176

4.2  Perhitungan
A.    Lensa Cembung kuat (++) dan lemah (+)
1. Lensa Cembung kuat (++)


M1      
          = 
            = 12.333333333 kali
f1         =
          =
          =
            = 9.435
M2      
          = 
            = 0.09508 kali
f2         =
          =
          =
            =10.77617647



2. Lensa Cembung lemah (+)


M1      
          = 
            = 0.948424068 kali
f1         =
          =
          =
         = 33.97617647
           
M2      
          = 
            = 0.75032175  kali
f2         =
          =
          =
            = 33.30816176



B.     Lensa Cekung (-)
f           =
          =
          =
            = 26.01874549

C.    Lensa Bersusun (++) ~ (-)
f           =
          =
          =
            = 22.81617647
e          =
            =
            =
            =
            = 78



D.    Aberasi Khromatik


1. Warna Biru
f           =
          =
          =
         = 12.15992647

2. Merah
f           =
          =
          =
            = 9.604705882



E.     Astigmatisma


1. Vertikal
f           =
          =
          =
            = 13.50117647
                           
2. Horizontal

f           =
          =
          =
            = 14.49816176




















BAB V
PEMBAHASAN
Fisika merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang gejala alam melalui pengamatan atau observasi dan memperoleh kebenaran secara empiris melalui panca indera  karena itu pengukuran merupakan bagian yang sangat penting dalam proses membangun konsep-konsep fisika. Pengukuran dilakukan langsung untuk mengetahui kuantitas besaran-besaran fisika seperti yang sudah dibahas dalam besaran dan pengukuran.
Pada percobaan sifat lensa dan cacat bayangan menggunakan 3 lensa yaitu cembung kuat (++), cembung lemah (+) dan cekung (-). Sebelum melakukan percobaan diawali dengan mengukur bangku optik dari lampu pijar ke layar (L) dengan ketentuan lebih dari 100 cm. Diafragma di atur pada bentuk anak panah. Pada lensa cembung kuat (++) dan lemah (+) masing – masing diperlakukan satu per satu dengan meletakkan didepan  diafragma sampai terlihat bayangan yang tegas di layar. Diukur jarak (s) dari lampu pijar ke lensa dan (s’) dari lensa ke layar. Diukur tinggi bayangan yang dihasilkan. Percobaan ini dilakukan 2 kali dengan cara mendekatkan lensa hampir dekat dengan layar yang dihasilkan sebuah bayangan kecil daripada percobaan pertama dan tegas. Lensa cembung menghasilkan bayangan nyata, terbalik, diperbesar. Lensa cembung identik dengan menyebarkan (spread) cahaya.
 Percobaan selanjutnya menggunakan lensa cekung (-). Diletakkan lensa cekung didepan diafragma sampai mendapatkan bayangan yang tegas dilayar. Diukur jarak (s) dari lampu pijar ke lensa dan (s’) dari lensa ke layar. Diukur tinggi bayangan yang dihasilkan. Lensa cekung menghasilkan bayangan maya, tegak dan diperkecil karena lensa cekung identik dengan menyatukan atau memusatkan cahaya.
Pada percobaan lensa bersusun, lensa yang pertama diletakkan adalah lensa cembung kuat (++). Disini menggunakan lensa cembung kuat karena untuk mendapatkan bayangan yang lebih tegas daripada lensa cembung lemah (+). Lalu diletakan lensa cekung (-) sebagai pemusat cahaya. Lensa cembung dan cekung dirapatkan agar pengaturan cahaya pada kedua lensa tersebut tidak keluar dari lebar lensa. Lensa bersusun digerakkan menjauh dari lampu pijar agar mendapatkan bayangan yang tegas di layar. Pengukuran (s) dan (s’) tetap.
Untuk aberasi khromatik diperlukan cahaya biru dan merah pada sekeliling bayangan dengan bantuan lensa cembung kuat (++). Cahaya biru ditandakan bahwa panjang gelombang tersebut panjang dan cahaya merah memiliki panjang gelombnag cahaya pendek karena pemantulan cahaya pada lensa cembung kuat (++).
Pada astigmatisma digunakan penghalang cahaya berupa kaca garis kotak – kotak yang berfungsi sebagai pencacat bayangan. Lensa yang digunakan lensa cembung kuat (++) yang diletakkan diantara kaca garis dan diafragma. Dengan sedikit dimiringkan kaca garis dan diatur lensa cembung maka akan didapatkan bayangan garis vertikal dan horizontal. Dengan mendekatkan lensa cembung maka akan didapatkan bayangan vertikal dan sebaliknya.
Diharuskan fokus kedua pada percobaan kedua lensa cembung dengan percobaan astigmatisma karena alat percobaan yang kurang teliti sehingga dihasilkan hasil fokus yang berbeda jauh.














TUGAS AKHIR
1.        Hitung jarak fokus lensa positif lemah (+) dan lensa positif kuat (++) dengan persamaan (1-3)?
2.        Hitung pula dengan memakai persamaan (1-2)?
3.        Terangkan cara mana yang lebih teliti?
4.        Hitunglah jarak fokus lensa (-) dengan memakai persamaan (1-4)?
5.        Hitung pula jarak fokus lensa gabungan (bersusun) dari percobaan no.14 dan 15 dengan menggunakan rumus bessel?
6.        Hitung jarak fokus lensa bersusun dengan mengunakan rumus :
7.        Sesuai hasil perhitungan dari no.5 dan no.6, beri ulasan jawaban anda?
8.        Terangkan terjadinya aberasi kharomatik dan astigmatisme pada percobaan no.8?
9.        Mengapa jika dipergunakan diafgram yang kecil cacat bayangan dapat dikurangkan?
10.    Adakah cara lain untuk mengurangi cacat bayangan? Terangkan?
Jawab

1.      Lensa cembung kuat (++) dan lemah (+)
f     =
     =
     =
     =
      =
      = 4.776628149
                                  

2.      a. Lensa cembung kuat (++)
f     =
      =
      = 4.459304954
b. Lensa cembung lemah (+)
f     =
     =
      = 33.66009701

3.      Rumus (1-2) karena lebih memudahkan tidak harus mencari e dengan cara (1-3)  karna sama saja mencari f terlebih dahulu menggunakan rumus (1-2).

4.      lensa cekung (-)
f     =
=
=
= 26.01874549

5.      lensa bersusun
f     =
=
=
=
=
= 4.776628149


6.     f    =
=
=
= 7.019443583
7.     Hasil perhitungan dari no,5 (4.776628149) dan no,6 (7.019443583), hasil dari no.5 dihitung dengan menggunakan rumus Bessel   sedangkan hasil dari no.6 dihitung dengan menggunakan rumus  , pada kedua cara tersebut yang lebih teliti dan lebih mudah adalah dengan menggunakan cara kedua
8.      Aberasi muncul karena dispersi variasi indeks bias materi transparan terhadap panjang gelombang. Pada percobaan didapatkan cahaya biru dibelokan lebih jauh dari merah oleh kaca. Sehingga jika cahaya putih jatuh pada sebuah lensa, wama-warna yang berbeda difokuskan pada titik yang berbeda pula, dan akan ada pinggiran berwarna pada bayangan, aberasi kromatik dapat dihilangkan untuk dua warna apa saja (dan sangat diperkecil untuk yang lainnya) dengan menggunakan dua lensa yang terbuat dari materi yang berbeda dengan indeks bias dan dispersi yang berbeda.
Astigmatisme atau silindris biasanya disebabkan oleh karena lensa yang kurang bundar sehingga benda titik difokuskan sebagai garis pendek, yang mengaburkan bayangan. Hal ini terjadi karena berbentuk sferis dengan bagian silindrisnya tertumpuk. Lensa memfokuskan titik menjadi garis yang paralel dengan sumbunya. Maka astigmatik memfokuskan berkas pada bidang vertikal, yaitu pada jarak yang lebih dekat dengan yang dilakukannya untuk berkas pada bidang horizontal. Astigmatisme diatasi dengan lensa silindri.

9.      Karena celah diafragma yang digunakan kecil, maka bayangan akan terlihat lebihtajam dan jelas. Sehingga cacat bayangan akan diminimalisasi atau diperkecil.

10.  Ada, yaitu pengukuran dilakukan di dalam ruang vakum dan gelap sehingga indeks bias medium dan indeks bias lensa tidak mempengaruhi pembentukan bayangan, serta penggunaan laser sebagai alat pengukur (pengganti mistar).

     













BAB VI
KESIMPULAN

Dari percobaan, pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
·         Jarak bayangan yang terbentuk berbanding terbalik dengan jarak benda. Semakin besar jarak benda dari titik pusat optik (O) semakin kecil bayangan yang terbentuk.
·         Lensa cembung menghasilkan bayangan nyata, terbalik dan diperbesar karena lensa cembung menyebarkan cahaya.
·         Lensa cekung menghasilkan bayangan maya, terbalik dan diperkecil karena lensa cekung memusatkan cahaya.
·         Cacat bayangan (aberasi) terjadi karena adanya penghalang cahaya seperti kaca garis yang tidak meratakan bayangan diakibatkan permukaan kaca garis yang tidak merata.
·         Lensa cembung mengurangi cacat bayangan dengan cara memfokuskan cahaya lalu dipantulkan ke kaca garis. Jika lensa cembung didekatkan ke lampu pijar, akan didapatkan bayangan vertikal dan sebaliknya.











DAFTAR PUSTAKA

·         Laboratorium Fisika, Buku Penuntun Praktikum Fisika Dasar 2, Universitas Pakuan, Bogor.
·         Hilliday, David & Robert Resnick. 1985. Fisika. Jakarta : Erlangga
·         Kanginan, Marthen. 1996. Fisika SMA kelas X Jilid 1. Jakarta:  Penerbit Erlangga.
·         Giancoli, Douglas, C. 2001. Fisika Edisi kelima Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.












  

No comments:

Post a Comment